Berdikari.co, Bandar Lampung – Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Provinsi Lampung menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Yang Muda yang Bersuara”, Jumat (25/10/2025).
Kegiatan ini menghadirkan berbagai unsur masyarakat, akademisi, dan organisasi kepemudaan, juga sejumlah elit PDI Perjuangan Lampung tampak hadir dalam diskusi tersebut, seperti Sekretaris Sutono, Bendahara Kostiana, Umar Ahmad, Ketua Pelaksana Aprilliati, para anggota Fraksi DPRD Lampung, pengurus Harian DPD maupun DPC PDI Perjuangan Kota Bandar Lampung
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Sudin S. E., yang juga merupakan Anggota DPR RI Komisi III Fraksi PDI Perjuangan.
Dalam sambutannya, Sudin menekankan pentingnya ruang dialog bagi generasi muda untuk berani bersuara dan berpikir kritis demi kemajuan bangsa.
“PDI Perjuangan Provinsi Lampung memperingati Hari Sumpah Pemuda dengan menggelar diskusi dan membuka ruang dialog, menghadirkan berbagai unsur masyarakat. Partai percaya bahwa kemajuan bangsa lahir dari dialektika pikiran. Ketika gagasan bertemu dengan nurani, ketika kritik disampaikan dengan niat membangun, di situlah bangsa ini tumbuh menjadi besar,” ujar Sudin.
“Partai ini bukan hanya wadah politik, tetapi rumah kebangsaan, tempat rakyat berbicara, bertukar ide, dan mencari solusi bagi kemajuan bangsa,” tambahnya.
Diskusi tersebut menghadirkan tiga narasumber, yakni Prof. Arizka Warganegara, S.IP., M.A., Ph.D, Guru Besar bidang Geografi Politik Universitas Lampung, Darmawan Purba, S. IP., M. IP, akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung; serta DR. Donald Harris Sihotang, SE., MM, Tenaga Ahli DPR RI. Kegiatan dipandu oleh Laikmen Sipayung, Ketua GAMKI Provinsi Lampung, sebagai moderator.
Dalam paparannya, Darmawan Purba mengajak generasi muda untuk melek politik dan tidak apatis terhadap kebijakan publik. Ia menekankan bahwa anak muda harus berani berbeda tanpa menyebabkan perpecahan, serta memiliki spirit membangun bangsa melalui data, logika, dan semangat kolaborasi.
“Anak muda harus melek politik. Berani berbeda tanpa pecah belah. Spirit membangun bangsa harus terus menyala. Dan yang paling penting, berani melawan dengan nalar dan data. Karena pemuda yang tak bersuara akan digantikan dengan kebisingan yang tak bermakna,” tegasnya.
Sementara itu, Prof. Arizka Warganegara menyoroti isu lapangan pekerjaan yang menjadi tantangan besar bagi generasi muda saat ini.
Ia menjelaskan bahwa perubahan struktur ekonomi dan kemajuan teknologi telah menciptakan banyak peluang baru, namun juga memunculkan ketimpangan akses.
“Pemuda hari ini tidak bisa hanya menunggu peluang datang, tetapi harus menciptakannya. Dunia kerja berubah cepat, banyak profesi baru lahir dari kreativitas dan teknologi. Maka, anak muda harus adaptif, inovatif, dan memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan zaman,” paparnya.
“Pemerintah dan partai politik harus hadir menciptakan kebijakan yang membuka akses pelatihan, pendidikan vokasi, dan ekosistem ekonomi kreatif agar pemuda punya ruang berdaya,” tambahnya.
Sementara Donald Harris Sihotang membawakan materi tentang sejarah dan makna Sumpah Pemuda.
Ia menegaskan bahwa semangat sumpah pemuda harus terus dihidupkan dalam diri generasi sekarang semangat persatuan, kebangsaan, dan keberanian untuk berjuang demi cita-cita Indonesia.
“Sumpah Pemuda adalah momentum persatuan, ketika para pemuda dari berbagai daerah menanggalkan identitas kedaerahan demi satu tujuan: Indonesia merdeka. Semangat itu harus kita hidupkan kembali dalam konteks kekinian,” ujarnya.
Donald juga menambahkan bahwa PDI Perjuangan memberikan ruang seluas-luasnya bagi anak muda untuk berkiprah melalui berbagai wadah perjuangan.
“Di PDI Perjuangan, ada banyak badan dan komunitas juang seperti Banteng Muda Indonesia, Taruna Merah Putih, serta Badan Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat (BBHAR). Semua terbuka bagi anak muda yang ingin berkontribusi nyata bagi masyarakat,” jelasnya.
Suasana FGD berlangsung interaktif, terutama saat sesi tanya jawab dengan peserta dari kalangan mahasiswa. Beberapa pertanyaan kritis terkait peran pemuda dalam politik, peluang kerja, hingga isu sosial di Lampung mendapat tanggapan langsung dari para narasumber.
Kegiatan ditutup dengan pesan bersama bahwa pemuda hari ini harus menjadi agen perubahan bukan hanya berteriak, tetapi juga bertindak nyata, membangun bangsa dengan gagasan, kerja keras, dan semangat persatuan. (*)

 berdikari
berdikari  
                 
                             
                             
                             
                            









