Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Senin, 20 Oktober 2025

Warga Suoh dan Satgas Berhasil Halau 18 Gajah Liar Masuki Permukiman

Oleh Echa wahyudi

Berita
Sejumlah warga saat menghalau kawanan Gajah yang akan memasuki kawasan permukiman dan perkebunan. Foto: Ist

Berdikari.co, Lampung Barat – Kawanan gajah liar kembali terlihat di wilayah Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, pada Minggu (19/10/2025) pagi. Sebanyak 18 ekor gajah, termasuk beberapa anak, dilaporkan memasuki area persawahan warga di Pemangku Sinar Baru, Pekon Suka Marga.

Kemunculan kawanan satwa besar itu sempat membuat warga panik karena jaraknya hanya beberapa ratus meter dari permukiman. Namun, situasi cepat terkendali setelah tim Satgas Sahabat Satwa Lembah Suoh bersama warga turun langsung melakukan penghalauan secara gotong royong.

Proses penghalauan dilakukan dengan cara tradisional tanpa kekerasan, seperti membunyikan kentongan, petasan, serta memukul logam untuk menimbulkan suara yang dapat mengarahkan gajah kembali ke habitatnya. Dalam waktu sekitar dua jam, kawanan gajah berhasil bergerak kembali menuju kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) tanpa menimbulkan kerusakan atau korban.

Pembina Satgas Sahabat Satwa Lembah Suoh, Sugeng Hari Kinaryo Adi, mengatakan kawanan gajah itu keluar dari hutan sejak dini hari untuk mencari makan. “Dari hasil pantauan, jumlahnya sekitar 18 ekor. Beruntung sawah warga sudah selesai dipanen, jadi tidak ada kerugian,” jelasnya, Senin (20/10/2025).

Ia menduga pergerakan gajah dipicu oleh menurunnya ketersediaan pakan alami di dalam hutan akibat perubahan cuaca. Fenomena ini, kata dia, sering terjadi pada musim kemarau ketika sumber air dan tumbuhan pakan mulai berkurang.

“Warga Suoh sudah cukup terlatih menghadapi situasi seperti ini. Mereka tahu cara menghalau tanpa melukai satwa dan tetap menjaga jarak aman,” ujarnya.

Menurut Sugeng, kemampuan masyarakat dalam menangani konflik dengan satwa liar meningkat berkat pendampingan dari Satgas Sahabat Satwa dan pihak TNBBS. Edukasi yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir berhasil menumbuhkan kesadaran baru bahwa gajah bukan ancaman, melainkan bagian dari keseimbangan ekosistem yang harus dijaga bersama.

“Kolaborasi antara masyarakat dan aparat lapangan menjadi kunci utama dalam menekan konflik manusia dengan satwa. Ini contoh nyata bahwa harmoni bisa tercipta jika keduanya saling menghormati ruang hidup masing-masing,” ujarnya.

Pihak Satgas kini tengah berkoordinasi dengan Balai TNBBS untuk meningkatkan patroli di wilayah perbatasan hutan dan area pertanian. Langkah ini penting untuk memantau pergerakan kawanan gajah sekaligus mencegah mereka kembali mendekati ladang warga.

Sugeng juga mengimbau warga agar tetap waspada, terutama pada malam hari. “Kalau melihat tanda-tanda keberadaan gajah, segera lapor ke Satgas. Jangan panik, jangan mendekat, dan jangan memicu perilaku agresif satwa,” pesannya.

Ia menegaskan, Satgas Sahabat Satwa Lembah Suoh akan terus mendampingi masyarakat di wilayah rawan konflik satwa liar. Pendekatan edukatif dan humanis akan terus diperkuat agar manusia dan satwa dapat hidup berdampingan secara damai.

“Kami ingin memastikan warga tetap aman beraktivitas, sementara satwa juga terlindungi di habitat alaminya,” tutupnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas