Berdikari.co, Tanggamus - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD Negeri 3 Ciherang, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus, mendadak terhenti. Sebanyak 110 siswa yang terdiri dari 60 laki-laki dan 50 perempuan, yang baru sepekan merasakan makan siang gratis itu, kini harus gigit jari.
Bukan karena menu tak lagi tersedia, melainkan karena jalan menuju sekolah rusak parah dan menyulitkan distribusi.
Informasi penghentian distribusi tersebut pertama kali diterima pihak sekolah melalui pesan WhatsApp dari dapur penyedia. Pesannya tegas: medan jalan yang berbatu, licin, dan becek saat hujan membuat mobil pengangkut berulang kali rusak hingga tak sanggup lagi melayani rute Ciherang.
"Mohon maaf, besok dapur kami sudah tidak bisa distribusi ke sekolah Bapak, medan terlalu ekstrem sehingga menyulitkan kami, apalagi musim hujan begini. Mobil kami juga beberapa kali harus diservis,” bunyi pesan yang diterima pihak sekolah.
Seorang guru yang enggan disebutkan namanya membenarkan kabar tersebut. Menurutnya, anak-anak merasa kecewa setelah seminggu penuh menikmati menu bergizi.
"Penghentian MBG itu mulai hari Senin (15/9/2025). Sekitar seminggu anak-anak begitu gembira, sekarang mereka kecewa ketika tahu makan siang tidak datang lagi,” ujarnya, seperti dikutip dari kupastuntas.co.
Program MBG merupakan kebijakan prioritas Presiden Prabowo Subianto. Melalui program ini, pemerintah menargetkan pemenuhan gizi anak sekolah, penurunan angka stunting, pengurangan kemiskinan, serta penggerakan ekonomi lokal.
Bagi orang tua, program ini memberi ketenangan. Anak mereka berangkat sekolah dengan perut terisi, sementara mereka bisa bekerja tanpa khawatir.
"Program MBG bukan sekadar memberi makan, tetapi juga memberi makna. Sebab, program strategis itu menyalakan semangat, menumbuhkan rasa percaya diri, dan menanamkan keyakinan bahwa masa depan bisa lebih cerah,” kata Yeti, salah seorang wali murid SDN 3 Ciherang.
Namun, idealisme program itu kandas di Ciherang. Jalan akses menuju sekolah di Pekon Sukamara, Pekon Ciherang, sudah bertahun-tahun tak tersentuh aspal. Saat musim hujan, jalan berubah menjadi lumpur licin, sementara pada musim kemarau, batuan tajam membuat kendaraan mudah rusak.
Kekecewaan warga Ciherang pun terwakili lewat media sosial. Tagar seperti #JalanJelek, #JalanBecek, dan #JalanTanahBatu kini ramai digunakan. Bagi mereka, terhentinya MBG hanyalah satu dari banyak dampak buruk infrastruktur jalan yang dibiarkan rusak.
"Ini bukan sekadar mengeluh soal MBG. Jalan di sini sudah beberapa kali dicek, tapi sampai sekarang belum juga diaspal. Semoga pemerintah betul-betul memperhatikan, agar janji jalan mulus sebelum dua tahun bisa terwujud satu per satu,” ujar Imam, tokoh masyarakat setempat.
Terhentinya distribusi MBG di SDN 3 Ciherang menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah. Program strategis nasional bisa gagal di tingkat lokal hanya karena infrastruktur yang tidak mendukung.
"Bupati, Wakil Bupati, dan Dinas PUPR Kabupaten Tanggamus kini dituntut bergerak cepat memastikan akses jalan diperbaiki, agar hak anak-anak untuk mendapatkan gizi layak tak lagi terhalang,” tegas Imam. (*)