Berdikari.co, Tanggamus – Pekon Datar Lebuay, Kecamatan Airnaningan, Kabupaten Tanggamus, menyimpan kekayaan alam dan komoditas yang luar biasa. Dikenal sebagai salah satu sentra kopi robusta dan destinasi air terjun eksotis, desa ini memiliki potensi besar sebagai ikon wisata dan ekonomi baru di wilayah Lampung Barat. Sayangnya, akses jalan yang rusak parah masih menjadi penghambat utama.
Pagi itu, Rabu (27/8/2025), tanah basah sisa hujan semalam mengubah jalan desa menjadi kubangan lumpur. Anak-anak sekolah harus melepas sepatu atau berjalan bertelanjang kaki agar tak tergelincir. Pemandangan ini menjadi pemandangan biasa setiap musim hujan tiba.
“Kalau musim hujan, jalan seperti sawah. Anak-anak pulang sekolah bajunya penuh lumpur,” keluh Ernawati, ibu tiga anak yang tinggal di Dusun Beringin.
Datar Lebuay bukan desa biasa. Dengan populasi 2.448 jiwa, mayoritas penduduknya menggantungkan hidup pada hasil panen kopi. Di halaman rumah, biji kopi dijemur di atas terpal plastik—aroma khasnya menandai bahwa kopi bukan hanya komoditas, tapi napas kehidupan warga.
Namun, hasil panen itu kerap sulit dipasarkan. Jalan rusak membuat kendaraan pengangkut sering terjebak lumpur. Ongkos distribusi melonjak, keuntungan petani menyusut.
“Kalau jalan mulus, kami bisa cepat bawa kopi ke pasar. Sekarang motor saja sering tergelincir,” ungkap Indra, petani muda yang mengangkut kopi dengan karung besar di motornya.
Dalam MusrenbangDes 2025, masyarakat dan pemerintah pekon kembali mengusulkan dua kebutuhan utama:
1. Hotmix jalan desa sepanjang 5 kilometer dari Dusun Beringin IV ke Kuningan Sari.
2. Pembangunan jembatan penghubung ke Pekon Airnaningan.
“Ini bukan sekadar proyek. Ini urat nadi ekonomi dan pendidikan desa,” tegas Suhartono, Kepala Pekon Datar Lebuay.
Di balik medan berat itu, Datar Lebuay menyimpan empat air terjun eksotis:
* Air Terjun Tirai: menjulang 40 meter, menyerupai tirai putih jatuh dari langit.
* Air Terjun Jarum: dikenal sebagai air terjun kembar saat musim hujan.
* Air Terjun Queen: tinggi 50 meter, lengkap dengan jembatan gantung.
* Air Terjun Kukusan: tersembunyi jauh dalam hutan, hanya bisa dijangkau lewat trekking panjang.
Namun, keindahan tersebut tak bisa dinikmati wisatawan secara luas karena akses jalan yang rusak, licin, dan membahayakan.
“Andai aksesnya bagus, kami bisa hidup dari wisata juga. Tapi orang luar saja takut datang karena jalan seperti ini,” kata Ningsih, warga yang membuka warung kecil dekat Air Terjun Tirai.
Jalan rusak tak hanya menghambat ekonomi dan pariwisata, tapi juga mengorbankan pendidikan. Anak-anak harus berjuang menuju sekolah, menembus kubangan lumpur saban hari.
“Jalan ini doa kami setiap hari. Untuk anak-anak sekolah, untuk panen kopi, untuk semuanya,” kata Ustadz Nanda, tokoh agama setempat. (*)