Berdikari.co, Metro - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Metro, Lampung menetapkan sebanyak 23 titik rawan banjir yang tersebar di seluruh wilayah kota. Dari pemetaan terbaru yang dilakukan menjelang puncak musim hujan, wilayah Metro Pusat tercatat sebagai daerah dengan titik genangan terbanyak, diikuti oleh Metro Timur dan Metro Utara.
Plt. Kepala BPBD Kota Metro, Renan Joko Sajarwo, menjelaskan bahwa pemetaan wilayah tersebut merupakan bagian dari langkah awal untuk mitigasi bencana, terutama dalam menghadapi cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi dalam beberapa pekan ke depan.
"Untuk peta wilayah rawan terdampak banjir, terutama pada puncak musim hujan, kami mencatat ada 23 titik. Yang terbanyak memang berada di Metro Pusat," kata Renan, seperti dikutip dari kupastuntas.co, Rabu (4/6/2025).
Ia menjelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan oleh tim BPBD adalah survei lapangan, guna menilai kerusakan infrastruktur dan potensi ancaman terhadap keselamatan warga.
Dalam beberapa kasus, personel BPBD bahkan harus mengerahkan perahu evakuasi dan tenaga penolong ketika intensitas banjir tinggi. Namun, menurut evaluasi internal BPBD, jenis banjir yang umum terjadi di Metro lebih bersifat genangan temporer.
"Banjir di Metro biasanya tidak menetap. Dalam waktu 3 sampai 4 jam air bisa surut, tetapi dampaknya tetap signifikan, terutama bagi aktivitas warga dan risiko kesehatan," tambahnya.
Renan menyoroti dua faktor utama penyebab banjir berulang di Kota Metro, yakni infrastruktur drainase yang tertutup sedimen dan masalah budaya buang sampah sembarangan.
Banyak saluran air di kota yang kini menyempit, tersumbat, atau bahkan tidak berfungsi optimal karena tertutup sampah dan lumpur.
"Kami menemukan banyak pintu air dan saluran drainase yang tertutup oleh sampah rumah tangga. Infrastruktur tidak akan efektif bila tidak dibarengi dengan kesadaran lingkungan dari masyarakat," tegasnya.
Di sisi lain, BPBD juga mengakui perlunya program normalisasi sungai dan pengerukan drainase secara berkala, terutama di kawasan yang menjadi langganan genangan saat curah hujan tinggi.
Pemerintah Kota Metro melalui BPBD menyatakan akan terus berkoordinasi dengan dinas teknis seperti Dinas PUPR dan Dinas Lingkungan Hidup untuk menangani persoalan banjir secara lebih menyeluruh. Selain itu, edukasi dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan sistem drainase menjadi fokus jangka panjang.
"Penanggulangan bencana bukan hanya urusan pemerintah, tapi tanggung jawab bersama. Budaya membuang sampah pada tempatnya, membersihkan saluran air, dan melapor jika ada potensi bahaya adalah bentuk kontribusi nyata masyarakat," pungkas Renan.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Metro, Edhi Wibowo, menjelaskan bahwa dalam upaya antisipasi, BPBD telah menyiagakan total 87 personel yang tersebar di 22 kelurahan dan 5 kecamatan se-Kota Metro.
"Dari jumlah itu, 44 di antaranya adalah relawan bencana, dengan penempatan dua orang di setiap kelurahan. Sementara 43 lainnya adalah personel satuan tugas yang bertugas untuk merespons cepat, mendata, serta melaporkan setiap peristiwa bencana di wilayah masing-masing," ujar Edhi.
Dari data yang dihimpun berdasarkan laporan kejadian banjir di BPBD Kota Metro, terdapat :
- 4 titik di Kelurahan Hadimulyo Barat
- 2 titik di Kelurahan Hadimulyo Timur
- 3 titik di Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat
- 4 titik yang tersebar di 4 kelurahan se-Kecamatan Metro Utara
- 5 titik rawan banjir yang tersebar di 5 kelurahan se-Kecamatan Metro Timur
- 1 titik di Kecamatan Metro Barat
- 1 titik di Kecamatan Metro Selatan
Sebaran titik ini tidak hanya menunjukkan kerentanan geografis, tetapi juga mengindikasikan kesenjangan perawatan infrastruktur lingkungan di beberapa kawasan kota. Hal ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah daerah, mengingat iklim ekstrem kini semakin sulit diprediksi akibat perubahan iklim global. (*)