Berdikari.co, Bandar Lampung – Anggota Komisi III DPR RI, Sudin, menegaskan pentingnya peran mahasiswa sebagai penjaga nilai kebangsaan sekaligus agen perubahan sosial dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar di Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (Saburai), Selasa (16/12/2025).
Kegiatan yang dihadiri ratusan mahasiswa, dosen, serta Tenaga Ahli DPR RI Dr. Donald Harris Sihotang, S.E., M.M., ini menjadi ruang dialog terbuka tentang penguatan karakter kebangsaan di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
Dalam pemaparannya, Sudin menjelaskan bahwa Empat Pilar Kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan fondasi utama kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Empat pilar ini merupakan tonggak utama yang harus dijaga agar bangsa Indonesia tetap kokoh, bersatu, dan berdaulat,” ujar Sudin.
Ia menekankan bahwa Empat Pilar Kebangsaan tidak boleh dipahami sebatas hafalan normatif, melainkan harus menjadi etika, arah moral, dan pedoman dalam bersikap. Menurutnya, kampus memiliki peran strategis dalam membentuk intelektual muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter.
“Bangsa ini tidak kekurangan orang cerdas, tetapi sering kali merindukan intelektual yang berkarakter, yang mampu memadukan ilmu dengan nurani, serta kebebasan berpikir dengan kedewasaan moral,” tegasnya.
Sudin menilai sivitas akademika memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga Pancasila tetap bernalar, konstitusi tetap bermartabat, persatuan tetap terawat, serta keberagaman tetap dihormati, khususnya di tengah derasnya arus informasi dan polarisasi sosial.
Selain itu, ia juga mengingatkan mahasiswa terhadap ancaman narkoba dan judi online yang kian menyasar generasi muda. Menurutnya, mahasiswa harus tampil sebagai pelopor penolakan terhadap segala bentuk penyimpangan yang dapat merusak masa depan bangsa.
Sementara itu, Tenaga Ahli DPR RI Dr. Donald Harris Sihotang menegaskan pentingnya internalisasi nilai kebangsaan dalam kehidupan akademik dan sosial, terutama di era digital yang sarat distraksi.
“Empat pilar bukan hanya konsep normatif, tetapi harus menjadi panduan berpikir dan bersikap. Nilai-nilai ini harus hidup dalam cara mahasiswa bersikap kritis, bijak bermedia sosial, serta bertanggung jawab secara intelektual dan moral,” jelas Donald.
Diskusi berlangsung interaktif dengan berbagai pertanyaan kritis dari mahasiswa terkait kebebasan akademik, demokrasi kampus, serta tantangan penerapan nilai kebangsaan di ruang digital.
Sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan, Sudin juga menyerahkan 150 bibit pohon alpukat kepada Universitas Saburai dan berkomitmen menambah 300 bibit lainnya untuk mendukung program penghijauan kampus.
“Menanam pohon adalah simbol harapan dan keberlanjutan. Sama halnya dengan menanam nilai-nilai kebangsaan di hati generasi muda. Mari kita jadikan kampus sebagai mercusuar kebangsaan, tempat lahirnya gagasan yang mencerahkan, kritik yang membangun, dan keteladanan yang menenangkan. Dari sinilah masa depan Indonesia dititipkan,” pungkas Sudin. (*)

berdikari









