Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Senin, 20 Oktober 2025

Ki Sujiwo Tejo Ingatkan Bahasa Lampung Jangan Dibiarkan Punah

Oleh ADMIN

Berita
Budayawan Ki Sujiwo Tejo mengajak generasi muda di Provinsi Lampung untuk kembali menumbuhkan kebanggaan terhadap bahasa daerahnya. Foto: Ist

Berdikari.co, Pringsewu - Budayawan Ki Sujiwo Tejo mengajak generasi muda di Provinsi Lampung untuk kembali menumbuhkan kebanggaan terhadap bahasa daerahnya. Ia mengingatkan agar bahasa Lampung jangan dibiarkan punah.

Pesan tersebut disampaikan Ki Sujiwo Tejo saat menghadiri acara Pringsewu Cultural Festival Kapolres Cup II 2025, yang sekaligus menandai peringatan Hari Kebudayaan Nasional (HKN) pertama di Kabupaten Pringsewu, Jumat (17/10/2025) malam.

Dalang nyentrik yang kerap dijuluki Presiden Jancukers ini mengatakan, bahasa daerah merupakan identitas penting yang tidak boleh ditinggalkan. Ia menilai, banyak anak muda Lampung kini kurang percaya diri menggunakan bahasa daerahnya, padahal bahasa adalah roh dari kebudayaan itu sendiri.

“Anak-anak muda Lampung harus mulai bangga lagi berbahasa Lampung, entah Lampung Tengah, Lampung Pesisir, atau Lampung Peminggir. Karena bahasa itu menunjukkan sebuah bangsa, dan cara membunuh sebuah bangsa sangat mudah — bunuhlah bahasanya,” tegas Ki Sujiwo Tejo mengingatkan.

Ia juga menyoroti makna Sumpah Pemuda yang kerap disalahartikan. Menurutnya, sumpah tersebut bukan berarti menyeragamkan bahasa, melainkan menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tanpa menghapus eksistensi bahasa daerah.

“Kita bertanah air satu, berbangsa satu, menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Bukan berarti meninggalkan bahasa ibu,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Ki Sujiwo Tejo juga tampil sebagai dalang dalam pertunjukan wayang kulit berjudul “Semar Barang Jantur”, yang diadaptasi dari karya Kapolres Pringsewu AKBP Yunnus Saputra berjudul “Jatmara Sai Bumi.” Lakon tersebut mengandung pesan spiritual dan nilai-nilai ketuhanan yang dikemas dengan gaya naratif khas sang dalang.

Ki Sujiwo Tejo berharap festival kebudayaan seperti ini tidak berhenti di Pringsewu saja. Ia mengajak seluruh daerah dan instansi di Indonesia untuk menjadikan kegiatan budaya sebagai “virus positif” yang menular ke seluruh penjuru negeri.

“Gerakan kebudayaan tidak bisa diserahkan hanya kepada masyarakat. Para penguasa dan abdi negara juga harus ikut menyelenggarakan kegiatan seperti yang dilakukan Polres Pringsewu ini,” katanya.

Penampilan Ki Sujiwo Tejo menjadi penutup rangkaian Pringsewu Cultural Festival, yang digelar sejak 15 hingga 17 Oktober 2025. Festival ini menampilkan berbagai atraksi budaya, mulai dari karnaval ogoh-ogoh, reog ponorogo, barongsai, hingga tari kreasi sembilan suku dan satu etnis di Kabupaten Pringsewu.

Kapolres Pringsewu, AKBP Yunnus Saputra, mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk cultural policing atau pendekatan keamanan berbasis budaya. Tujuannya adalah memperkuat kerukunan serta mempererat hubungan antara aparat kepolisian dengan masyarakat.

“Kami ingin kegiatan ini menjadi ruang bersama untuk menumbuhkan semangat persatuan dalam keberagaman,” ujarnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas