Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Minggu, 19 Oktober 2025

Pade Manis, Pasar Malam di Metro yang Lahir dari Gotong Royong Warga

Oleh Arby Pratama

Berita
Pasar De Jalan Manggis — pasar malam kreatif yang kini menjadi ikon baru ekonomi kerakyatan di Kota Metro. Foto: Berdikari.co

Berdikari.co, Metro – Jalan Manggis di Kelurahan Yosomulyo, Kecamatan Metro Pusat, kini tak lagi sepi setiap malam Minggu. Lampu-lampu gantung berkelap-kelip menerangi suasana hangat, anak-anak berlarian membawa balon, sementara aroma sate dan kopi susu berpadu di udara. Di ujung jalan, pertunjukan wayang kulit dan musik akustik bergantian menghibur pengunjung.

Inilah Pade Manis — singkatan dari Pasar De Jalan Manggis — pasar malam kreatif yang kini menjadi ikon baru ekonomi kerakyatan di Kota Metro. Siapa sangka, gerakan ekonomi warga yang kini beromzet hingga Rp35 juta per malam Minggu ini berawal dari kegiatan sederhana, yaitu permainan gaple di teras rumah.

“Awalnya warga sering kumpul cuma buat main gaple. Dari situ saya lihat semangat kebersamaan yang luar biasa, lalu muncul ide untuk membuat kegiatan yang lebih bermanfaat,” kenang Eko Triono, Lurah Yosomulyo, Sabtu (18/10/2025) malam.

Gagasan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk ruang ekonomi bersama. Pada 12 Agustus 2023, Pade Manis resmi diluncurkan dengan hanya 16 pedagang dan omzet awal Rp8,6 juta. Dua tahun kemudian, jumlah pedagang meningkat menjadi 39 orang, dengan omzet kolektif menembus Rp35 juta setiap malam akhir pekan.

Kesuksesan Pade Manis tidak lepas dari komitmen warga menjaga kualitas dan keunikan pasar. Sejak awal, para pedagang sepakat menandatangani aturan bersama — mulai dari pembatasan jenis dagangan agar tak terjadi perang harga, hingga kewajiban menjaga kebersihan, pelayanan, dan kehalalan produk.

“Di sini bukan sekadar jualan, tapi juga saling dukung. Kalau ada yang dagangannya sepi, yang lain bantu promosi,” ujar Bu Sri, salah satu pedagang jajanan tradisional.

Pade Manis tak hanya menjadi pusat kuliner, tapi juga ruang ekspresi budaya. Setiap pekan, hiburan yang ditampilkan berganti — mulai dari kesenian tradisional hingga musik akustik anak muda. Semua dikelola secara mandiri oleh warga.

“Tujuannya bukan cuma ekonomi, tapi juga menjaga semangat gotong royong dan kebersamaan warga. Kami ingin suasana kampung tetap hidup,” jelas Eko.

Berbeda dengan pasar modern yang berorientasi keuntungan, Pade Manis tumbuh dengan semangat sukarela. Setiap Sabtu sore, para pedagang bersama-sama menata lapak dan setelah kegiatan selesai, mereka bergotong royong membersihkan lokasi.

Kini, Pade Manis bukan hanya tempat berjualan, tetapi juga menjadi simbol kebangkitan ekonomi kreatif berbasis komunitas. Dari kegiatan sederhana, warga belajar berwirausaha, berorganisasi, hingga memahami manajemen ekonomi skala kecil. Pemerintah kelurahan pun terus mendampingi dengan pelatihan dan sertifikasi usaha.

“Pade Manis adalah rumah ekonomi warga. Dari kumpul main gaple, sekarang kami kumpul untuk menggerakkan ekonomi dan membangun kebersamaan,” tutur Eko dengan senyum bangga.

Dari meja gaple ke meja dagang, Pade Manis membuktikan bahwa perubahan besar bisa lahir dari hal kecil — asalkan dilakukan bersama, dengan semangat gotong royong dan cinta pada kampung sendiri. (*)

Editor Sigit Pamungkas