Berdikari.co, Bandar Lampung – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Bandar Lampung bersama seorang psikolog memberikan pendampingan kepada MR, siswi kelas 12 SMAN 9 Bandar Lampung yang diduga menjadi korban bullying di lingkungan sekolahnya.
MR dilaporkan enggan berangkat ke sekolah selama dua pekan terakhir karena merasa malu dan tertekan akibat perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya.
Kepala Dinas PPPA Kota Bandar Lampung, Maryamah, menyampaikan bahwa pendampingan ini bertujuan untuk memulihkan kondisi psikologis korban agar kembali percaya diri.
“Hari ini saya membawa psikolog, dan alhamdulillah MR sudah mulai terbuka, sudah bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan. Rasa minder tentu ada, apalagi ketika merasa berbeda dengan teman-temannya. Itulah yang sedang kami bantu pulihkan,” ujar Maryamah, Selasa (16/9).
BACA JUGA: Kepala Sekolah Bantah Pengakuan Siswi SMAN 9 Bandar Lampung Mengaku Dibully
Ia menambahkan, langkah awal yang dilakukan adalah pendampingan psikologis secara bertahap. Selanjutnya, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas PPPA Provinsi Lampung guna menyusun strategi penanganan lanjutan, termasuk dukungan terhadap pihak sekolah.
“Pendalaman terhadap kondisi mental MR akan dilakukan secara menyeluruh. Namun yang terpenting saat ini adalah bagaimana membuat MR merasa didukung dan mau kembali ke sekolah,” jelasnya.
Maryamah juga menegaskan bahwa proses pemulihan mental tidak bisa dilakukan hanya oleh dinas atau psikolog, melainkan perlu dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan sekitar.
“Pemulihan tidak bisa instan. Harus ada dukungan berkelanjutan dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. MR harus tetap melanjutkan sekolah dan percaya bahwa dia bisa meraih masa depan yang baik,” tambahnya.
Dalam pendampingan tersebut, terungkap bahwa MR telah mengalami tindakan perundungan sejak pertama kali masuk sekolah. Faktor ekonomi keluarga disebut menjadi alasan sebagian teman-temannya merendahkan dan mengejeknya.
“Menurut pengakuan MR, bullying sudah terjadi sejak awal dia masuk. Karena latar belakang ekonomi yang terbatas, ia dianggap lemah dan dijadikan sasaran ejekan. Saat ini, kami masih mendalami kasusnya,” ungkap Maryamah.
Sementara itu, psikolog yang turut mendampingi menyebutkan bahwa kondisi psikologis MR menunjukkan perkembangan positif.
“Trauma memang masih ada, tapi tadi MR sudah mulai bisa tersenyum dan terlihat lebih ceria. Ini sinyal positif, meskipun tentu saja proses pemulihannya memerlukan waktu dan konsistensi,” kata psikolog tersebut. (*)