Berdikari.co, Tanggamus - Hujan baru saja reda di Dusun Talang Tupuk, Pekon Ulu Semong, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus.
Tanah yang becek tak mengurangi semangat warga untuk berkerumun di tepi Way Tupuk.
Mereka ingin menyaksikan sebuah peristiwa yang sejak lama mereka nanti-nantikan, yaitu peletakan batu pertama pembangunan Jembatan Lawang Agung oleh Bupati Tanggamus, Mohammad Saleh Asnawi, yang dilakukan ada Selasa (2/9/2025) lalu.
“Alhamdulillah, jembatan yang sudah lama diimpikan warga Ulu Semong mulai kita bangun,” ucap Saleh lantang, suaranya pecah ditelan riuh tepuk tangan, seperti dikutip dari kupastuntas.co
Bagi masyarakat setempat, momen ini bukan sekadar seremoni. Selama puluhan tahun, mereka hanya mengenal satu-satunya akses, jembatan kayu reyot dengan lantai papan lapuk yang sewaktu-waktu bisa ambruk.
Di atas jembatan itulah petani membawa kopi, pedagang mengangkut sayuran, ojek mengantar anak sekolah, dan truk bertonase berat nekat menyeberang dengan risiko terperosok.
“Kalau musim hujan, lewatnya ngeri. Kadang licin, kadang papan patah. Saya sering hampir jatuh,” kata Nuraini (34), pedagang sayur dari Petai Kayu.
Ia mengaku banyak kerugian dialaminya ketika barang dagangan tak sampai ke pasar karena terjebak di jembatan tua itu.
Kini, harapan itu menemukan jalannya. Jembatan Lawang Agung atau yang lebih populer disebut warga sebagai Jembatan Petai Kayu, akan menjadi penghubung vital antara Ulu Semong, Petai Kayu, hingga Suoh di Kabupaten Lampung Barat.
Akses ini bukan hanya menghubungkan desa ke desa, melainkan juga membuka jalur ekonomi lintas kabupaten.
Bupati Saleh menegaskan bahwa pembangunan jembatan ini adalah komitmen pemerataan infrastruktur.
"Dengan akses yang lebih lancar, distribusi hasil pertanian akan lebih cepat, roda ekonomi berputar lebih hidup, dan masyarakat terbantu dalam aktivitas sehari-hari,” katanya.
Warga menyambutnya dengan penuh syukur. Sanjaya Muhammad Nada, tokoh masyarakat Ulubelu, menilai pembangunan ini bukti nyata kehadiran pemerintah di tengah rakyat.
“Ini bukan lagi janji. Kami lihat langsung, Bupati hadir, pembangunan dimulai, meski anggaran daerah sedang ketat. Ini bukti keberpihakan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Harapan juga terucap dari Hermawan (41), seorang pengojek. Ia yang saban pagi mengantar anak-anak sekolah mengaku selalu dihantui rasa waswas.
"Setiap menyeberang di jembatan kayu itu, jantung rasanya mau copot. Anak-anak kecil meniti papan lapuk, bahaya sekali. Mudah-mudahan jembatan baru cepat selesai,” katanya.
Di bawah kepemimpinan Mohammad Saleh Asnawi, proyek Jembatan Lawang Agung menjadi simbol arah baru pembangunan Tanggamus, lebih merata, lebih nyata, dan menyentuh kebutuhan dasar rakyat.
Senja mulai turun di Ulu Semong. Warga masih berdiri di tepi Way Tupuk, menatap alat berat yang mulai bekerja.
Bagi mereka, suara dentuman mesin bukan lagi sekadar deru konstruksi, melainkan gema harapan.
Jembatan impian yang lama ditunggu, kini benar-benar mulai terwujud. (*)