Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Kamis, 14 Agustus 2025

Jalan di Desa Susuk Kelumbayan Tanggamus Rusak Parah, Warga Desak Perbaikan Segera

Oleh Sayuti

Berita
Penampakan jalan rusak di wilayah Pekon Susuk dan Negeri Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Foto: Ist

Berdikari.co, Tanggamus – Derasnya arus air bercampur batu dan lumpur kini mengalir di atas sisa-sisa aspal yang sudah tergerus. Jalan Provinsi Lampung di wilayah Pekon Susuk dan Negeri Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, berubah total menjadi aliran seperti sungai. Mobilitas warga lumpuh, ekonomi tersendat, dan sektor pariwisata pun terpuruk.

Pemandangan memprihatinkan ini terjadi di ruas jalan penghubung Dusun Pegadungan hingga Dusun Batusuluh, jalur utama yang menghubungkan Kecamatan Kelumbayan dengan pusat pemerintahan dan objek wisata populer seperti Teluk Kiluan dan Pantai Gigi Hiu.

Rekaman video yang diunggah oleh warga bernama Antoni Fathan dan Riza Syahroni memperlihatkan kondisi ekstrem tersebut. Dalam video berdurasi belasan detik itu, tampak sepeda motor oleng menembus derasnya arus, sementara pejalan kaki basah kuyup berusaha melintasi genangan.

“Bukan lagi bentuk jalan, sudah jadi jalan air,” tulis salah satu pengunggah di media sosial.

Warga setempat menyebut, kerusakan jalan bukan hanya soal estetika, melainkan menyangkut keselamatan dan kelangsungan hidup sehari-hari.

“Kalau sudah hujan, susah keluar kampung. Apalagi kalau bawa hasil bumi seperti kopi dan cengkeh. Jalan licin, motor sering mogok,” kata Sahrul, warga Negeri Kelumbayan.

Anak-anak sekolah pun kerap menjadi korban. “Mereka sering basah kuyup, bahkan ada yang sampai jatuh dan menangis karena takut melintasi jalan yang seperti sungai,” ujar Nuraini, seorang ibu rumah tangga.

Kondisi ini turut memukul para petani dan pedagang. “Warga dari luar desa enggan datang. Mereka takut kendaraannya rusak. Akibatnya, harga hasil bumi kami turun karena tidak bisa dibawa keluar,” tutur Rizal, petani kopi.

Akses yang rusak berat juga menghantam sektor pariwisata unggulan Tanggamus. Teluk Kiluan, Pantai Gigi Hiu, dan Pantai Napal kini sepi pengunjung. Wisatawan enggan datang karena jalur menuju destinasi rusak parah.

“Kalau jalan ini dibenahi, pariwisata pasti berkembang. Tapi kalau dibiarkan, justru membuat ekonomi masyarakat makin terpuruk,” tegas Wayan, tokoh masyarakat Kelumbayan.

Sejarah mencatat, ruas Simpang Kiluan–Umbar–Putih Doh mulai dibangun sejak 1997 untuk mendukung arus barang dan wisata ke pesisir barat Lampung.

Namun sejak 2018, kerusakan mulai terlihat. Longsor kecil di Dusun Pegadungan memperparah kondisi, sementara penanganan sebatas penimbunan batu seadanya. Rehabilitasi sempat dilakukan Pemprov Lampung pada 2021–2024 dengan berbagai panjang pengerjaan, dari 0,86 km hingga 4,43 km per tahun melalui APBD.

Tahun 2024, ruas pantai Pesawaran–Kelumbayan sempat ditetapkan sebagai prioritas perbaikan. Bahkan Pj Gubernur Lampung Samsuddin dan Pj Bupati Tanggamus Mulyadi Irsan meninjau langsung pembangunan 80 km jalan dari Kotaagung Timur ke Kiluan.

Namun, fakta di lapangan berkata lain. Hingga Agustus 2025, ruas Kiluan–Umbar dan Umbar–Putih Doh justru semakin memburuk. Minimnya sistem drainase dan metode tambal-sulam dinilai sebagai penyebab utama kegagalan perbaikan.

Warga mengaku telah berkali-kali melaporkan kondisi tersebut, namun belum ada penanganan berarti. Mereka mendesak pemerintah segera bertindak sebelum jatuh korban jiwa.

“Jangan tunggu ada korban. Perbaiki sekarang. Bagi kami, kemerdekaan itu sederhana: bisa keluar kampung tanpa harus bertaruh nyawa,” pungkas Sahrul. (*)

 

Editor Sigit Pamungkas