Berdikari.co, Bandar Lampung - Pengamat politik Universitas Lampung
(Unila), Muhammad Thoha, mengatakan rendahnya daya saing lulusan SMA/SMK di
Lampung tidak hanya disebabkan oleh faktor akademik, tetapi juga minimnya
fasilitas pendidikan dan pola pikir siswa yang belum siap bersaing.
Menurut Thoha, kondisi ini mencerminkan kualitas lulusan yang masih
tertinggal dibandingkan provinsi lain.
“Faktor utamanya adalah kurangnya pembelajaran yang mendorong murid untuk
berdaya saing. Competitiveness mereka rendah,” kata Thoha, Selasa (12/8/2025).
Thoha mengatakan, persoalannya bukan terletak pada kurikulum yang
digunakan. “Kurikulum kita sudah berstandar nasional. Yang jadi masalah
adalah penerapannya yang belum relevan dengan perkembangan saat ini,” katanya.
Selain itu, ia menyoroti ketimpangan kualitas dan jumlah guru, terutama di
wilayah terpencil.
“Masalah pemerataan guru masih pincang. Selain kualitas, kuantitas guru
juga belum mencukupi,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, keterbatasan fasilitas belajar seperti
laboratorium, perpustakaan, dan akses internet, turut berpengaruh besar
terhadap prestasi siswa.
“Banyak sekolah tidak memiliki sarana-prasarana lengkap, ini jelas
mempengaruhi output dan outcome pembelajaran,” jelasnya.
Menurut Thoha, tantangan besar lainnya adalah mengubah pola pikir siswa dan
sekolah agar siap bersaing secara akademik, terutama dalam menghadapi UTBK atau
seleksi masuk PTN.
Ia mengingatkan bahwa pemerintah daerah memiliki peran penting dalam
meningkatkan kualitas lulusan SMA/SMK. “Kata kuncinya lengkapi sarpras pembelajaran,”
tegasnya.
Thoha pun merekomendasikan strategi pembelajaran yang bersifat universal
serta kolaborasi intensif lintas pihak.
“Semua pemangku kepentingan harus bersama-sama mengubah mindset dan berkolaborasi secara intensif,” imbuhnya. (*)