Berdikari.co, Metro – Di tengah geliat Kota Metro sebagai pusat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di Lampung, muncul potensi ekonomi baru dari sektor peternakan yang perlahan namun pasti mulai menarik perhatian, terutama di kalangan anak muda: bisnis breeding atau pembiakan kambing.
Salah satu pelopornya adalah Fadliq (29), pemilik Tim Artem Farm yang berlokasi di Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Metro Utara. Usaha ini berawal dari hobi memelihara kambing sejak masih duduk di bangku sekolah. Dengan memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah, Fadliq membangun kandang pertamanya dan mulai merintis bisnis yang kini berkembang menjadi sentra peternakan kambing unggulan di Metro.
Menurut Fadliq, daya tarik utama bisnis breeding kambing adalah stabilnya permintaan pasar, terutama dari sektor kuliner seperti warung sate, gulai, tongseng, dan rumah makan lainnya yang rutin membutuhkan pasokan daging kambing segar.
“Kalau untuk daging, permintaannya stabil. Banyak pemilik warung makan di Metro ambil dari saya. Selain itu, saya juga kirim ke acara hajatan, aqiqah, dan kurban,” ujar Fadliq saat ditemui, Jumat (1/8/2025).
Permintaan bahkan melonjak dua kali lipat menjelang momen-momen besar seperti Hari Kemerdekaan RI. Pasar luar daerah seperti Bandar Lampung, Pringsewu, Tulang Bawang hingga Provinsi Jambi turut menjadi pelanggan setia Tim Artem Farm.
“Bulan Agustus biasanya ramai. Banyak permintaan untuk lomba kambing, acara resmi, dan konsumsi massal. Itu momen panen buat peternak,” katanya.
Tak hanya fokus pada daging, Tim Artem Farm juga mulai mengembangkan produksi susu kambing, terutama dari jenis Etawa. Fadliq menyebut, tren hidup sehat di masyarakat Metro turut meningkatkan permintaan susu kambing segar serta olahannya seperti yoghurt dan kefir.
“Dulu orang Metro belum banyak tahu manfaat susu kambing. Sekarang, setiap minggu selalu ada yang beli, dari anak-anak sampai lansia. Mereka bilang cocok karena enggak bikin alergi,” jelasnya.
Satu ekor kambing Etawa yang sehat dapat menghasilkan 1–1,5 liter susu per hari, dengan harga jual Rp25.000–35.000 per liter. Potensi omzet pun cukup besar, apalagi jika produksi dilakukan secara konsisten dan dikelola dengan baik.
Menariknya, bisnis peternakan kambing di Metro kini mulai digandrungi generasi milenial. Menurut Fadliq, hal ini tak lepas dari dukungan teknologi, modernisasi kandang, manajemen pakan yang tertata, serta pemasaran digital yang membuat dunia peternakan lebih terbuka dan menarik bagi anak muda.
“Dulu peternakan kesannya kumuh dan berat. Sekarang, dengan kandang modern dan digital marketing, anak muda bisa masuk ke bisnis ini tanpa ragu,” tuturnya.
Melalui media sosial, Fadliq aktif berbagi konten edukatif seputar dunia peternakan, mulai dari teknik *breeding*, perawatan kambing, hingga tips memulai usaha. Ia juga membuka peluang bagi siapa pun yang ingin belajar atau memulai usaha dari nol.
“Selain jualan, saya juga ingin jadi inspirasi. Banyak anak muda yang awalnya cuma jadi reseller, lama-lama punya kandang sendiri,” ungkapnya.
Meski menjanjikan, Fadliq tidak menutup mata bahwa bisnis ini juga memiliki tantangan. Salah satunya adalah risiko penyakit hewan dan naik-turunnya harga pakan. Namun dengan manajemen yang baik dan pemanfaatan teknologi, ia optimistis usaha breeding kambing bisa menjadi salah satu penopang ekonomi agribisnis di Metro.
“Selama masih ada yang makan sate, minum susu kambing, dan cari hewan aqiqah atau kurban, usaha ini nggak akan mati,” tandasnya.
Kini, Metro tak hanya dikenal sebagai kota pelajar, tetapi juga mulai menunjukkan wajah baru sebagai kota para peternak muda—tangguh, inovatif, dan berorientasi masa depan. (*)