Berdikari.co, Tanggamus – Sebuah celana pendek usang
menjadi satu-satunya petunjuk yang menghubungkan penemuan mayat tanpa kepala di
Pantai Cukuh Pandan, Kabupaten Tanggamus, Lampung, dengan seorang nelayan muda
bernama Akbar Tanjung (24) asal Cilincing, Jakarta Utara.
Keluarga korban, dipimpin sang ayah Abu Umaya,
mendatangi Mapolres Tanggamus pada Jumat (18/7/2025) untuk memperkuat dugaan
bahwa jenazah tersebut adalah Akbar, yang dilaporkan hilang sejak 6 Juli 2025
setelah terakhir kali melaut di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
“Saya kenali celana pendek itu. Itu pemberian
saya langsung untuk dia,” ujar Abu dengan suara bergetar. Keyakinan itu
membuatnya rela menempuh perjalanan jauh demi menemukan kepastian tentang
anaknya.
Akbar Tanjung dikenal sebagai sosok pekerja keras. Selain menjadi nelayan, ia juga berprofesi sebagai pembeli ikan dari hasil tangkapan nelayan lain. Laut bukan hanya tempat mencari nafkah, melainkan bagian dari hidupnya—hingga diduga menjadi tempat ia berpulang.
BACA JUGA: Geger! Mayat Tanpa Kepala Ditemukan di Pantai Cukuh Pandan Tanggamus
Setelah dinyatakan hilang, pencarian dilakukan
selama hampir dua pekan oleh tim Basarnas di wilayah Kepulauan Seribu. Namun,
harapan tak kunjung datang, hingga pada pertengahan Juli, warga Tanggamus
dikejutkan oleh penemuan jasad pria tanpa kepala di kawasan pesisir Pantai
Limau.
Keluarga yang mendengar kabar tersebut segera
menuju Lampung untuk mencocokkan ciri-ciri korban, didampingi personel Polda
Lampung dan diterima langsung oleh Kapolres Tanggamus AKBP Rahmad Sujatmiko.
“Proses identifikasi awal sudah kami lakukan.
Sampel DNA dari keluarga korban telah diambil dan dikirim ke Puslabfor Mabes
Polri. Kami masih menunggu hasilnya,” ujar Kapolres.
Selain pendampingan psikologis kepada
keluarga, polisi juga memperlihatkan barang bukti pakaian yang ditemukan
bersama jenazah serta mengajak keluarga ke lokasi pemakaman.
Kasat Reskrim Polres Tanggamus, AKP Khairul
Yasi Ariga, menjelaskan bahwa proses koordinasi telah dilakukan dengan Polres
Kepulauan Seribu, Puslabfor Mabes Polri, dan sejumlah instansi terkait di
wilayah DKI Jakarta guna memperkuat rangkaian penyelidikan yang melibatkan dua
yurisdiksi.
"Semua prosedur sedang berjalan agar ada
kejelasan identitas dan hukum. Kami memahami betapa pentingnya kepastian bagi
pihak keluarga," ujarnya.
Meski hasil resmi pemeriksaan DNA belum
keluar, firasat kuat seorang ayah seolah telah menemukan jawabannya. Di balik
penyelidikan ilmiah, ada suara hati yang lebih dulu meyakini siapa yang kini
terbujur dalam diam di balik pasir Pantai Limau.
“Kami sudah pasrah. Kami yakin itu anak kami. Meski tubuhnya tidak utuh, semoga ruhnya tenang,” ucap Abu Umaya lirih, memandang laut yang selama ini menjadi sahabat anaknya, dan kini mungkin juga menjadi tempat peristirahatan terakhirnya. (*)